Theresia Nurida Ambarwulan, S.Farm (148115062)
Menjaga kesehatan organ reproduksi
sangat penting dilakukan, terutama bagi perempuan. Secara umum alat atau organ
reproduksi wanita dibagi atas dua bagian yaitu alat kelamin atau genitalia luar
dan alat kelamin bagian dalam. Organ genitalia luar terdiri dari vulva, mons pubis,
labia mayora, labia minora,
klitoris, vestibulum, bulbus vestibuli,
introitus vagina dan perineum.
Sedangakan organ genitalia bagian dalam terdiri dari uterus, tuba fallopi dan ovarium.
Menjaga kesehatan reproduksi diawali dari
menjaga kebersihan vagina (Handayani, 2011). Vagina sangat
sensitif dan rentan terkena infeksi bakteri, lho.. Apalagi di Indonesia yang
merupakan Negara tropis, cuaca seringkali panas dan membuat kita berkeringat.
Kondisi ini akan menambah kadar kelembaban tubuh kita, terutama pada vagina
yang tertutup dan berlipat sehingga memudahkan bakteri untuk berkembang biak
dan menyebabkan gangguan pada vagina seperti timbulnya bau tak sedap dan
infeksi. Karena itulah, sebagai perempuan, kita harus menjaga kesehatan vagina
kita dengan baik, sejak dini.
Organ genitalia wanita bagian luar |
Organ genitalia wanita bagian dalam |
Berikut
ini adalah cara merawat vagina agar tetap bersih dan sehat, serta terhindar
dari kemungkinan timbulnya penyakit:
1. Bersihkan vagina
dengan cara membasuh bagian antara bibir vagina (vulva) secara hati-hati
dan perlahan.
2. Cara
membasuh vagina yang benar adalah dari arah depan (vagina)
menuju belakang (anus). Bukan sebaliknya karena apabila dibasuh dari arah
belakang, bakteri yang ada di sekitar anus akan ikut terbawa masuk ke vagina. Keringkan dengan handuk lembut atau
tissue tanpa parfum. Baru kenakan celana kembali.
3. Penggunaan
parfum, sabun antiseptik yang keras, maupun penyemprotan cairan bersih
vagina secara berlebihan atau terus-menerus
sangat tidak disarankan. Zat-zat yang ada di dalam bahan-bahan tersebut dapat
merusak keseimbangan normal di dalam vagina serta dapat mengubah keasaman
vagina. Apabila ingin menggunakan sabun untuk vagina, pilih yang pH nya sesuai
dengan keasaman vagina, yaitu 3.8-4.5.
4. Gantilah
celana dalam 2-3 kali sehari, terutama bagi kalian yang aktif dan sangat mudah
berkeringat. Sebagai langkah pencegahan agar tidak lembab, gunakan pantyliners atau pembalut supertipis untuk melapisi
vagina dari kelembapan yang berlebih. Menggunakan pantyliner pun tidak boleh terlalu sering karena dapat menimbulkan
iritasi. Pakai saat sedang aktif melakukan suatu kegiatan, misalnya ketika ada
pelajaran olahraga di sekolah.
5. Gunakan
celana dalam yang bersih dan berbahan katun yang mudah menyerap keringat.
6. Cuci
tangan sebelum menyentuh vagina. Tangan yang berada di luar secara bebas
menjadi tempat yang baik untuk menempelnya berbagai kotoran dan bakteri. Jangan sampai kotoran dan bakteri
itu ikut menempel di vagina, kemudian berkembang biak yang memicu penyakit.
7. Jangan
pernah menggunakan handuk milik orang lain untuk mengeringkan vagina. Bawalah
tissue tersendiri saat berpergian.
8. Cukurlah
rambut vagina (pubic hair) setidaknya
7 hari sekali dan maksimal 40 hari sekali untuk mengurangi kelembapan di dalam
vagina.
9. Pada
saat haid, gunakan pembalut yang nyaman,
berbahan lembut, menyerap seluruh darah yang keluar, melekat kuat pada celana
dalam, tidak bocor (anti tembus), dan tidak menimbulkan iritasi atau alergi.
Pada saat perdarahan banyak, gantilah pembalut setidaknya 4-5 kali dalam sehari
untuk menghindari perkembangbiakan bakteri pada pembalut tersebut.
10. Apabila terpaksa menggunakan kloset umum
di keramaian misalnya mall atau bandara, pilih toilet yang tersedia kloset
jongkok. Namun karena sekarang ini sebagian besar menggunakan kloset duduk,
maka kita harus membersihkan permukaan toilet dengan air dan pembersih yang ada
di situ, kemudian keringkan dengan tissue toilet. Setelah itu barulah
menggunakan kloset tersebut. Sebisa mungkin gunakan tissue pribadi untuk
mengeringkan vagina (Rohmah, 2014).
Menjaga
kebersihan vagina dengan langkah-langkah seperti di atas sangatlah penting dan
harus diperhatikan karena vagina mudah terkena penyakit dan infeksi antara lain
sebagai berikut:
1. Keputihan
Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat
mengelurkan cairan atau lendir menyerupai nanah. Keputihan tidak selamanya
merupakan penyakit karena ada juga keputihan yang normal. Oleh sebab itu,
keputihan dibagi menjadi dua, yaitu keputihan normal dan tidak normal (Bahari, 2012). Berikut ini
adalah perbedaan keputihan normal dan tidak normal menurut Elmart (2012):
Faktor pembeda
|
Keputihan normal
|
Keputihan
tidak normal
|
Jumlah
|
Wajar
tidak terlalu banyak.
|
Berlebihan
dan terus menerus
|
Warna
|
Bening,
cenderung tidak berwarna.
|
Putih
susu, kekuningan, kuning kehijauan
|
Bau
|
Tidak
berbau.
|
Berbau
amis sampai busuk
|
Gatal
|
Ttidak
menimbulkan rasa gatal
|
Menimbulkan
rasa gatal bahkan sampai perih, juga iritasi
|
Waktu
|
Saat
hamil, sebelum atau sesudah menstruasi, jika terangsang atau saat hubungan
seksual, dan ketika stres
|
Tidak
spesifik dan terjadinya terus menerus
|
Yang harus diwaspai
adalah keputihan tidak normal,
karena merupakan tanda dari adanya infeksi maupun penyakit pada vagina.
Seringkali, keputihan tidak normal
merupakan indikasi vaginitis, yaitu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Chlamidia trachomatis, Gardanerrella vaginalis, dan Neisseria gonorhoae, jamur Candida albicans, serta protozoa Trichomonas vaginalis. Infeksi mikroorganisme tersebut bisa
didapatkan saat menggunakan toilet umum. Selain itu, penyebab lain dari keputihan yaitu pemakaian obat-obatan
dalam waktu lama terutama antibiotik, higienitas yang buruk, terlalu stress
sehingga imunitasnya menurun dan bisa juga karena adanya kanker
leher rahim (Sari, 2012).
Untuk mencegah keputihan yang tidak normal adalah dengan
selalu menjaga kebersihan organ reproduksi dan jangan membiarkan vagina dalam kondisi basah dan lembab setelah mandi ataupun
buang air kecil. Keputihan ini jangan diabaikan karena jika dibiarkan lama
tanpa penanganan, keputihan abnormal ini bisa menyebabkan radang, kanker,
kemandulan (infeksi sudah menyebar ke sistem reproduksi bagian atas sehingga
memicu radang dan terjadi penyumbatan lubang dan saluran sistem reproduksi) serta
kelahiran prematur pada ibu hamil. Hal-hal yang harus selalu diperhatikan bagi
orang yang mengalami keputihan yaitu: Hindari makanan atau minuman dengan kadar
gula tinggi, kurangi minum kopi maupun teh, perbanyak minum air putih dan
memperbaiki gaya hidup serta selalu menjaga kebersihan (Astuti, 2008).
Penanganan
untuk mengatasi keputihan yang tidak normal dan mengganggu aktivitas adalah
dengan dikonsultasikan pada dokter untuk mengetahui penyebab dari keputihan atau dengan vaginal swab. Vaginal swab
dilakukan dengan cara mengambil sampel cairan keputihan kemudian diperiksa di
laboratorium dan diteliti penyebabnya. Setelah diketahui penyebabnya barulah
bisa diatasi dengan obat, misalnya apabila penyebabnya adalah bakteri maka
diberikan antibiotik namun apabila penyebabnya adalah jamur maka diberikan antijamur,
dapat juga diberikan keduanya tergantung pada penyebanya (Bahari, 2012).
2. ISK
Infeksi
saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat adanya mikroorganisme di dalam urin.
Sekitar 50% ISK disebabkan Escherichia
coli, penyebab lain adalah Klebsiella,
Staphylococcus aureus, coagulase-negative staphylococci, Proteus dan Pseudomonas sp. dan bakteri gram negatif lainnya.
Faktor
penyebab dari ISK antara lain, cara membasuh yang salah sesudah buang air
besar, buang air kecil tidak tuntas, sering menahan buang air kecil, atau
adanya gangguan fungsi organ saluran kemih (MIMS, 2012).
Gejala dan tanda spesifik dari ISK meliputi: rasa sakit
atau terbakar ketika buang air kecil, rasa seperti harus buang air sering
tetapi tidak mengeluarkan banyak urin, rasa sakit di perut bagian bawah, urin
tampak keruh, merah muda atau merah dan berbau tidak enak, demam hingga
menggigil, rasa sakit pada satu sisi punggung bawah tulang rusuk, kadang juga
disertai mual dan muntah. Pencegahan ISK adalah dengan memperbanyak minum air
putih, pemberian vitamin C sesuai kebutuhan karena akan mengubah keasaman urin
dan membuat lingkungan yang tidak bersahabat dengan bakteri, dan selalu mejaga
kebersihan organ reproduksi. Penanganan utama adalah dengan segera mengunjungi
dokter untuk diberikan obat yang sesuai misalnya antibiotik dan obat untuk
mengatasi demam (Ramayati, 2002).
Vagina
merupakan organ yang sangat penting untuk wanita, jadi, butuh perhatian khusus
dan harus dijaga dengan baik kebersihannya.
Sumber:
Astuti, A,
2008, Hubungan Perilaku Vulva Higiene
dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas X di SMU Negeri 2 Ungaran,
Semarang, Jurnal kebidanan dan keperawatan 4(2): 64.
Bahari, H., 2012, Cara
Mudah Atasi Keputihan, Buku Biru,
Jogjakarta, pp.9-10.
Elmart, F., 2012, Mahir
Menjaga Organ Intim Wanita, Tinta Medina, Solo, pp.240.
Handayani, H., 2011, Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Remaja Putri Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna di Madrasah Tsanawiyah
Pembangunan Tahun 2011, Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
MIMS, 2012, Petunjuk Konsultasi, BIP, Jakarta, A75.
Ramayati, R,
2002, Infeksi Saluran Kemih Dalam,
Erlangga, Jakarta, pp. 142.
Rohmah, E., Nurjayanti, D., Lestari,
I.A.T, 2014, Hubungan Menjaga Kesehatan
Organ Reproduksi (Vagina) dengan Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas XI dan XII
IPA SMAN 1 SOOKO Ponorogo, http://akbidharapanmulya.ac.id/atm/konten/editor/samples/jurnal/file_jurnal/t_4.pdf,diakses
tanggal 21 November 2014.
Sari, R.P., 2012, Hubungan Pengetahuan dan Prilaku Remaja
Putri dengan Kejadian Keputihan di Kelas XI SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten
Aceh Utara Tahun 2012, Jurnal Kesehatan Masyarakat, STIKes U’Budiyah, Banda
Aceh.
sangat penting dan bermanfaat infonya, thanks
BalasHapusorgan intim wanita memang butuh car tepat merawatnya
BalasHapusinfo cara tepat merawat organ kewanitaan yang manfaat
BalasHapus