Anak Agung Sagung Intan K.W, S.Farm. (148115006)
Eva Ekayanti P., S.Farm (148115019)
A. Tahu kah Anda apa yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus?
Diabetes Mellitus (DM) yang biasa dikenal dengan kencing manis merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Terjadinya DM karena kelenjar pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau produksinya sangat sedikit sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan tubuh akanhormon insulin.
Pada umumnya Diabetes Mellitus terdiri dari 2 jenis yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.
1. Diabetes tipe 1, biasanya terjadi pada orang berusia dibawah 40 tahun, termasuk pada anak-anak. Perawatan yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian suntikan insulin serta penerapan pola makan yang benar (diet).
2. Diabetes tipe 2, umumnya terjadi pada orang berusia di atas 40 tahun meskipun sekarang ini banyak pula dijumpai pada orang yang masih muda sebagai akibat dari obesitas.
Pada wanita hamil dapat mengalami peningkatan jumlah glukosa dalam darah.Glukosa yang berlebihan tersebut dialirkan melalui plasenta menuju janin. Hal ini yang menyebabkan kegemukan dalam kandungan.Wanita yang mengalami diabetes selama masa kehamilan disebut diabetes gestasional. Umumnya pada wanita hamil akan terbebas dari diabetes jenis ini setelah melahirkan, tetapi terdapat beberapa kasus diabetes yang berlanjut. Wanita yang mengalami diabetes selama masa kehamilan berpotensi mengidap diabetes tipe 2.
B. Penyebab
Diabetes Mellitus
·
Perubahan gaya hidup tidak sehat,
lingkungan, dan usia
· Pola makan yang berubah ke arah
makanan cepat saji (instan) yang memiliki gengsi dan lemak tinggi dibandingkan
makanan alamiah
·
Perokok
· Ada riwayat keluarga yang ada
terkena DM (turunan)
·
Stress menghadapi hidup atau
persoalan lain
·
Kegemukan
· Kerusakan kelenjar pancreas
(tidak lagi memproduksi hormone insulin atau sedikit memproduksi hormon
tersebut).
C. Gejala
Diabetes Mellitus
Ø Gejala
Diabetes Mellitus tipe 1
Ø Gejala
Diabetes Mellitus tipe 2
D. Kriteria
diagnosis DM
Kadar
HbA1C lebih besar atau sama dengan 6,5%.
Kadar
glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
(mg/dL)
E. Komplikasi
Diabetes Mellitus
Ø Gangguan
atau kerusakan jantung
Ø Gangguan
saraf otak yang menyebabkan stroke
Ø Gangguan
kelamin, impotensi, atau disfungsi ereksi
Ø Gangguan
atau kerusakan paru-paru (TBC)
Ø Gangguan
atau kerusakan saraf tepi pada bagian tubuh sehingga sering kesemutan atau
pegal sebelah tubuh
Ø Gangguan
atau kerusakan ginjal dan bisa berakhir dengan gagal ginjal
Ø Gangguan
atau kerusakan mata, seperti bertambahnya lapisan katarak pada lensa mata atau kebutaan total (retinopathy).
Ø Jika
luka lama sembuhnya dan cenderung terus membusuk. Kadang berujung pada vonis amputasi
Ø Pada
wanita hamil dapat berakibat keguguran, bayi lahir mati, keracunan kehamilan,
bayi lahir dengan berat sampai 5 kg, dan terlalu banyak air ketuban.
F.
Penanggulangan atau pencegahan Diabetes
Mellitus
·
Pola makan (diet) yang teratur
dan disiplin
·
Olahraga secara teratur
·
Istirahat atau tidur yang cukup
·
Konsumsi obat secara teratur,
baik pengobatan secara oral maupun injeksi insulin
· Secara berkala memeriksakan kadar
gula darah untuk mengetahui jumlah gula dalam darah.
G.
4 Pilar penatalaksaan Diabetes
Melitus
1. Edukasi
2. Terapi
gizi medis
3. Latihan
jasmani
4. Intervensi
farmakologis (obat)
H.
Obat untuk terapi Diabetes Mellitus:
1.
Biguanid
Contoh:
Metformin.
Bekerja dengan
mengurangi glukoneogenesis di hati; meningkatkan sensitivitas insulin dan
mengurangi absorpsi karbohidrat dalam saluran cerna. Merupakan terapi lini
pertama pada mayoritas pasien DM terutama yang mengalami resistensi insulin.
(+) : Tidak menimbulkan kenaikan berat badan,
tidak menimbulkan hipoglikemia, tidak berpotensi menimbulkan gangguan
kardiovaskular selama pemakaian, dan harganya murah.
( - ) : Gangguan
pada saluran ceran dan pemakaiannya menginduksi gangguan ginjal.
2.
Sulfonilurea
Contoh:
Glikazid, glimepirid, dan glibenklamid.
Bekerja dengan
meningkatkan produksi insulin endogen. Merupakan terapi lini kedua bagi
penderita diabetes yang gula darahnya tidak terkontrol oleh metformin.Dapat
digunakan sebagai obat tunggal pada pasien defisiensi insulin.
(+) : Efektif
dalam menurunkan glukosa darah terutama oada pasien yang menunjukkan gejala
diabetes. Obat ini dapat ditoleransi oleh tubuh dan harganya murah.
( - ) : Berisiko
menimbulkan hipoglikemi, meningkatkan berat badan, pusing, tremor, lemas, dan
berat badan meningkat.
3.
Glitazon
Contoh :
Pioglitazon, rosiglitazon
Bekerja dengan
meningkatkan sensitivitas insulin.
Merupakan terapi
lini kedua bagi pasien yang tidak menginginkan kenaikan berat badan akibat
terapi dengan sulfonilurea.Glitazon merupakan terapi lini ketiga apabila gula
darah tidak dapat dikontrol dengan Biguanid dan Sulfonilurea.
(+) : Dapat
ditoleransi oleh tubuh, dan dapat dikombinasi dengan obat antidiabetes lain
atau insulin.
(-) : Pemakaian
minimal 12 minggu untuk memperoleh pemakaian maksimal, menyebabkan pengurangan
cairan dan gangguan jantung pada beberapa individu, kadang pula terjadi
pembengkakan.
4.
Incretin
mimetics
Contoh :
Exenatid, liraglutid
Bekerja dengan
meningkatkan pelepasan insulin setelah makan, mereduksi pelepasan hormon
glukagon dan memperlambat pengosongan lambung.
Merupakan terapi
lini kedua bagi penderita diabetes yang tidak menginginkan kenaikan berat
badan.Dapat dikombinasi dengan metformin dan/atau sulfonilurea serta kombinasi metformin
dan tiazolidindion.
(+) : Mereduksi
berat badan.
(-) : Bentuk
sediaan injeksi harganya mahal, penggunaan bersama dengan sulfonilurea
meningkatkan risiko hipoglikemi, efek samping mual muntah seing terjadi.
5.
DPP-4
inhibitors
Contoh :
Sitagliptin, vidagliptin
Bekerja dengan
menghambat klirens dari inkretin natural.
Sitagliptin
dapatdigunakan sebagai terapi lini kedua atau ketiga.
(+) : Tidak
meningkatkan berat badan, Sitagliptin dapat ditambahkan dalam kombinasi
metformin dan sulfonil urea.
(-) : Harga
relatif mahal dan tidak spesifik menurunkan HbA1c.
6.
Meteglinid
Contoh :
Repaglinid, nateglinid
Bekerja dengan
merangsang pelepasan pembentukan insulin endogen.
Repaglinid dapat
digunakan sebagai monoterapi, sedangkan nateglinid digunakan sebagai terapi
kombinasi dengan metformin.
(+) : Spesifik
pada hiperglikemi post prandial, aksinya cepat.
(-) : Dibutuhkan
beberapa dosis intuk setiap sebelum makan.
7.
Alfa
glukosidase inhibitor
Contoh :
Akarbose
Bekerja dengan
memperlambat proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat.
Dapat digunakan
sebagai monoterapi atau dikombinasi dengan metformin dan/atau sulfoilurea.
(+) : Mereduksi
hiperglikemi post prandial, tidak meningkatkan berat badan.
(-) : Buruk
ditoleransi oleh tubuh yang mengalami efek samping pada pencernaan terutama
dalam kondisi kembung.
8.
Terai
insulin.
Contoh : Lispro,
glargin.
Bekerja dengan
beraksi langsung pada jaringan otot dan hati untuk meningkatkan pengambilan
glukosa dari plasma.
Direkomendasikan
apabila kombinasi dua obat antidiabetes oral gagal dalam mencapai target atau
pengontrolan gula darah sangat buruk.
(+) : Efektif
dalam mengurangi HbA1c
(-) : Berat
badan meningkat, bagi pasien yang resisten terhadap insulin diperlukan dosis
yang tinggi, memerlukan injeksi atau pompa khusus, dan berisiko menimbulkan
hipoglikemia.
Sumber
:
Charles F., Anne K., 2010, Bersahabat dengan Diabetes Tipe 2,
Jakarta, Penebar Plus+, pp. 7, 11, 12.
Dunning, T., 2009, Care of People with Diabetes, A Manual
of Nursing Practice, Wiley-Blackwell, 104-130.
Mistra, 2004, 3 Jurus Melawan Diabetes, Jakarta, Puspa
Swara, pp. 4, 5, 6, 8.
PERKENI, 2011, Konsensus
Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, Jakarta,
pp. 7,9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar