Cornelia Melinda, S. Farm 148115014
Juana Merianti S., S. Farm 148115030
Rokok
mengandung berbagai zat kimia berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan, seperti
nikotin, tar dan zat alkaloid lain. Bahan-bahan kimia tersebut dapat
menimbulkan gangguan kesehatan diberbagai organ seperti jantung, paru-paru,
saluran pencernaan, reproduksi, mulut, dan sebagainya. Gangguan yang
ditimbulkan juga dapat berakibat fatal, seperti kerentanan terhadap infeksi
hingga kanker pada berbagai organ.
Walaupun
demikiian, jumlah perokok di Indonesia masih terus meningkat tiap tahunnya. Data
WHO menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah
perokok terbesar di dunia dan senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Hasil
riset Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok melaporkan bahwa kebanyaakn orang
Indonesia mulai merokok pada usia 9 tahun. Berdasarkan data tersebut, dapat
dikatakan bahwa perilaku merokok dimulai pada saat anak-anak.
Salah
satu efek merokok yang paling kuat adalah KECANDUAN. Rasa kecanduan pada orang yang merokok diakibatan karena
efek nikotin pada reseptor kolinergik nikotinik di otak. Nikotin yang diserap dari
asap rokok akan masuk ke sistem
sirkulasi dalam paru, lalu melalui arteri karotis internal, nikotin akan dibawa
mencapai otak. Di dalam otak, nikotin akan bekerja pada reseptor kolinergik
dalam waktu 10 – 15 detik setelah menghisap rokok. Ikatan antara nikotin dengan
reseptor nikotiniknya di area tegmentum
ventral otak yang menyebabkan pelepasan dopamine, yang akan menimbulkan
perasaan nyaman (pleasure). Timbulnya rasa nyaman akibat nikotin dalam hitungan
detik inilah yang menyebabkan ketergantungan atau kecanduan pada rokok. Selain itu, nikotin juga dapat
menyebabkan pelepasan neurotransmiter
lain di otak yang mampu meingkatkan kemampuan kognitif, kewaspadaan dan memori
serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Hal tersebut dapat menyebabkan
beberapa gejala
yang sering muncul bila perokok mencoba berhenti merokok, yaitu rasa cemas,
iritabilitas, sulit berkonsentrasi, sulit berisitirahat, peningkatan nafsu
makan, gangguan tidur, dan depresi.
Terapi farmakologi atau obat-obatan yang dapat membantu
seseorang untuk berhenti merokok dapat dibagi menjadi dua yaitu terapi lini
pertama dan lini kedua. Obat yang termasuk lini pertama antara lain adalah:
- Nicotine Replacement Therapy (NRT): permen karet, trasndermal, semprot hidung, inhaler, tablet hisap, tablet sublingual. Fungsi dari terapi ini adalah menggantikan nikotin yang sebelumnya diperoleh dari rokok. Mekanisme kerja utamanya adalah mengurangi gejala putus nikotin, mengurangi efek penguatan nikotin, dan memberikan efek yang sebelumnya didapat dari nikotin. Penggunaan NRT ini harus dilakukan pengawasan oleh dokter atau tenaga kesehatan yang lain.
- Bupropion, anti depresan yang bekerja pada neurotransmiter otak dengan cara menghambat intake dopamin dan norepinephrine. Untuk dosis awal Bupropion yaitu 150 mg 3 kali sehari, selanjutnya digunakan 2 kali sehari dengan dosis yang sama dalam waktu 7-12 minggu. Efek samping yang sering terjadi adalah insomnia dam mulut kering, kemudian yang jarang terjadi adalah munculnya ruam pada kulit dan tremor.
- Varenicline, memiliki afinitas yang tinggi dan selektif di reseptor α4β2 neuronal nikotinik asetilkolin. Pasien harus memulai terapi 1 minggu sebelum jadwal berhenti merokok. Hari ke-1 – 3 dosis yang digunakan sebesar 0,5 mg 4 kali sehari, hari ke-4 – 7 dosis yang digunakan sebesar 0,5 mg 2 kali sehari, hari ke-8 sampai dengan minggu ke-12 dosis yang digunakan sebesar 1 mg 2 kali sehari. Dosis dinaikkan bertahap untuk mengurangi mual dan insomnia. Efek samping yang sering terjadi adalah mual, insomnia, konstipasi.
- Di Indonesia hanya Varenicline yang tersedia untuk terapi lini pertama.Obat-obatan yang termasuk terapi lini kedua adalah:1. Nortriptyline, secara umum diresepkan untuk pengobatan depresi namun banyak digunakan apabila terapi lini pertama pada terapi berhenti merokok gagal. Pasien harus memulai terapi 10-28 hari sebelum jadwal berhenti merokok. Dosis secara bertahap dinaikkan untuk meminimalkan ADR. Hari pertama dosis yang digunakan sebesar 25 mg 1 kali sehari, dosis pemeliharaan ( hari ke-2 – 7) sebesar 75-100 mg 1 kali sehari, hari ke-8 sampai dengan minggu ke-12 dosis yang digunakan sebesar 75-100 mg 1 kali sehari. Efek samping yang dapat terjadi adalah mengantuk, mulut kering, berkunang-kunang, pandangan kabur, retensi urin, tremor.2. Clonidine, secara umum digunakan untuk terapi antihipertensi namun pada terapi berhenti merokok dapat mengurangi gejala withdrawal dan digunakan jika terapi lini pertama pada terapi berhenti merokok gagal. Dosis awal 0,1 mg 2 kali sehari secara peroral atau 0,1 mg sehari secara trandermal (patch), dosis pemeliharaan 0,15-0,75 mg/hari secara peroral atau 0,1-0,3 mg/hari secara transdermal (patch).Daftar Pustaka
-
World Health Organization. WHO report on the global tobacco epidemic, 2008, http://www.who.int/tobacco/2.mpower/mpower_report_full_2008_pdf , diakses pada tanggal 27 November 2014.Anonim, 2014, Peran Apoteker dalam Pengendalian Tembakau, http://farmasi.ugm.ac.id/tinymcpuk/gambar/File/3_terapi%20berhenti%20merokok%20dan%20int%20obat.pdf, diakses pada tanggal 27 November 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar