Kamis, 27 November 2014

ASMA DAN PENGOBATANNYA

Adrienne Roma A., S.Farm (148115002) 
Defilia Anogra Riani, S.Farm (148115015)

Apakah asma itu????
Asma merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang banyak dijumpai, baik pada anak-anak maupun dewasa. Kata asma (asthma) berasal dari bahasa Yunani yang berarti “terengah-engah”. Lebih dari 200 tahun yang lalu, Hippocrates menggunakan istilah asma untuk menggambarkan kejadian pernafasan yang pendek-pendek (shortness of breath). Sejak itu istilah asma sering digunakan untuk menggambarkan gangguan apa saja yang terkait dengan kesulitan bernafas (Ikawati, 2014).
Berdasarkan manifestasi klinisnya, asma dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Asma kronik, ditandai dengan sesak nafas yang disertai dengan bengek, pasien mengeluhkan dada sempit, batuk (terutama pada malam hari), atau bunyi pada saat bernapas (mengi). Hal ini sering terjadi pada saat latihan fisik tetapi juga dapat terjadi secara spontan atau karena adanya alergen.
b.  Asma akut: Pasien kemungkinan mengalami kecemasan dan mengeluh sesak nafas yang hebat dan tergolong parah, napas pendek, dada sempit seperti terasa terbakar. Pasien hanya dapat berkata beberapa kata dalam satu napas (Dipiro, 2008).

Gejala awal berupa batuk terutama pada malam atau dini hari, sesak napas , napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan napasnya, rasa berat di dada dan dahak sulit keluar. Gejala yang berat adalah serangan batuk yang hebat, sesak napas yang berat dan tersengal-sengal, sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut), sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk dan kesadaran menurun (Dipiro,2008; American Lung Association, 2010).

Bagaimana terjadinya asma????
Asma merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 1, dimana reaksi timbulnya inflamasi berlangsung cepat. Inflamasi yang menyebabkan asma diawali oleh adanya pejanan alergen yang masuk ke dalam tubuh dari lingkungan  atau adanya faktor pencetus lain. Alergen yang masuk ke dalam tubuh akan dikenali oleh makrofag dan mengakibatkan aktivasi sel CD4 yang kemudian memproduksi interleukin. Interleukin kemudian akan memicu kemotaksis dan aktivasi eosinofil dan neutrofil. Paparan alergen juga akan mengaktivasi sel B yang akan memproduksi IgB yang kemudian berikatan dengan sel mast menyebabkan degranulasi sel mast. Sel mast yang terdegranulasi akan memicu pelepasan mediator-mediator inflamasi, seperti histamin, leukotrien, prostaglandin dan kemotaktan lain.
Adanya mediator-mediator inflamasi ini selanjutnya mengakibatkan inflamasi pada jalan nafas. Terjadi perubahan reseptor muskarinik di bronkus yang memicu peningkatan kadar asetilkolin dan menyebabkan timbulnya  vasodilatasi, sekresi mukus yang berlebihan, timbulnya edema pada jalan nafas dan bronkokontriksi. Adanya eosinofil, limfosit dan makrofag juga menyebabkan cedera pada jaringan secara langsung sehingga mengakibatkan deskuamasi epitel dan fibrosis pada epitel bronkial yang akan mengakibatkan peningkatan hipersensitivitas bronkial. Faktor yang dapat memicu asma adalah :
a.       Alergen (serbuk sari, kecoa, jamur, dll.)
b.      Infeksi, sperti oleh Rhinovirus, Influenza dan Pneumonia
c.       Lingkungan ( udara dingin, gas SO2, No2, asap rokok, dll)
d.      Emosi, seperti cemas dan stress
e.   Olahraga dan hiperventilasi (keadaan napas yang berlebihan akibat kecemasan yang mungkin disertai dengan histeria atu serangan panik)
f.       Obat-obatan, seperti Aspirin
g.      Genetik (Brashers, 2007).

Bagaimana cara pengobatan asma????
Pengobatan asma dapat dilakukan dengan menggunakan obat maupun tanpa menggunakan obat. Pengobatan dengan menggunakan obat disebut dengan terapi farmakologi dan pengobatan tanpa menggunakan obat disebut terapi non farmakologi. Adapun tujuan dari pengobatan asma itu sendiri yaitu untuk:
  • Mengendalikan dan menghilangkan gejala asma
  • Mencegah kekambuhan asma
  • Mencegah komplikasi asma
  • Meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup pasien asma agar dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Terapi non farmakologi/tanpa obat:
  •  Pemberian oksigen
  •  Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-anak
  • Menghindari faktor pencetus asma
  • Menerapkan pola hidup sehat, seperti berhenti merokok, menghindari kegemukan, dan melakukan aktivitas fisik yang dapat menunjang kesehatan pernafasan misalnya senam asma, bersepeda, dan berenang

Terapi farmakologi/ dengan obat
1.  Pengontrol asma (Controllers)
Pengontrol atau yang sering disebut pencegah adalah pengobatan asma jangka panjang untuk mengontrol asma, diberikan rutin setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten. Yang termasuk obat pengontrol yaitu:
Kortikosteroid inhalasi
Merupakan pengobatan jangka panjang yang paling efektif untuk mengontrol asma. Penggunaan steroid inhalasi menghasilkan perbaikan faal paru, menurunkan hiperesponsif jalan napas, mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan berat serangan dan memperbaiki kualitas hidup. Steroid inhalasi adalah pilihan bagi pengobatan asma persisten (ringan sampai berat). Contoh obat: Beklometason dipropionat, Budesonid, Flunisolid, Flutikason, Triamsinolon asetonid.
Kortikosteroid sistemik
Cara pemberian melalui oral atau parenteral. Harus selalu diingat indeks terapi (efek/ efek samping), steroid inhalasi jangka panjang lebih baik daripada steroid oral jangka panjang. Contoh obat: prednison dan dexamethasone.
Kromolin                    
Pemberiannya secara inhalasi. Digunakan sebagai pengontrol pada asma persisten ringan. Dibutuhkan waktu 4-6 minggu pengobatan untuk menetapkan apakah obat ini bermanfaat atau tidak. Contoh obat: Sodium kromoglikat dan Nedokromil sodium.
Metilsantin
Berbagai studi menunjukkan pemberian jangka lama efektif mengontrol gejala dan memperbaiki faal paru. Contoh obat : teofilin, aminofilin lepas lambat.
Agonis beta-2 kerja lama (inhalasi)
Termasuk di dalam agonis beta-2 kerja lama inhalasi adalah salmeterol dan formoterol yang mempunyai waktu kerja lama (> 12 jam). Seperti lazimnya agonis beta-2 mempunyai efek relaksasi otot polos, meningkatkan pembersihan mukosilier, menurunkan permeabilitas pembuluh darah dan memodulasi pelepasan mediator dari sel mast dan basofil.
Leukotrien modifiers
Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya melalui oral. Mekanisme kerja menghasilkan efek bronkodilator minimal dan menurunkan bronkokonstriksi akibat alergen, sulfurdioksida dan exercise. Selain bersifat bronkodilator, juga mempunyai efek antiinflamasi. Kelebihan obat ini adalah preparatnya dalam bentuk tablet (oral) sehingga mudah diberikan. Saat ini yang beredar di Indonesia adalah zafirlukas (antagonis reseptor leukotrien sisteinil).
2.  Pelega Nafas (Reliever)
Prinsipnya untuk bronkodilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkokonstriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif jalan napas. Digunakan setiap kali terjadi serangan.
Golongan obat yang termasuk pelega nafas yaitu:
Agonis beta-2 kerja singkat (inhalasi)
Termasuk golongan ini adalah salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan prokaterol yang telah beredar di Indonesia. Mempunyai waktu mulai kerja (onset) yang cepat. Mekanisme kerja sebagaimana agonis beta-2 yaitu relaksasi otot polos saluran napas, meningkatkan pembersihan mukosilier, menurunkan permeabilitas pembuluh darah dan modulasi pelepasan mediator dari sel mast. Merupakan terapi pilihan pada serangan akut dan sangat bermanfaat sebagai praterapi pada exercise - induced asthma.
Antikolinergik
Pemberiannya secara inhalasi. Mekanisme kerjanya memblok efek pelepasan asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan napas. Menimbulkan bronkodilatasi dengan menurunkan tonus kolinergik vagal intrinsik, selain itu juga menghambat refleks bronkokonstriksi yang disebabkan iritan. Termasuk dalam golongan ini adalah ipratropium bromide dan tiotropium bromide.
Adrenalin
Dapat sebagai pilihan pada asma eksaserbasi sedang sampai berat. Pemberian secara subkutan harus dilakukan hati-hati pada penderita usia lanjut atau dengan gangguan kardiovaskular. Pemberian intravena dapat diberikan bila dibutuhkan, tetapi harus dengan pengawasan ketat (bedside monitoring).

Bagaimana cara pemberian pengobatan asma?????
Pengobatan asma dapat diberikan melalui berbagai cara yaitu inhalasi (langsung ke jalan nafas), oral (dengan cara ditelan) dan parenteral/ disuntikkan (subkutan, intramuskular, intravena). Pemberian pengobatan secara inhalasi lebih efektif untuk dapat mencapai konsentrasi obat yang tinggi di jalan napas; efek sistemik minimal atau dihindarkan; beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak terabsorpsi pada pemberian oral (antikolinergik dan kromolin).

Dapus:
American Lung Association, 2010, State of Lung Disease in Diverse Communities, www.lungusa.org, diakases tanggal 24 November 2014.
Depkes RI, 2007, Pharmaceutical Care Penyakit Asma, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik DITJEN Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Dipiro, et. al., 2008, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 7th Edition, Mc Graw Hill, Washington D.C. pp. 1599-1605.
Brashers, 2007, Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen, Ed. 2, EGC, Jakarta, pp. 70-71.
Ikawati, Z., 2014, Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya, Bursa Ilmu, Karangkajen, Jogjakarta, pp. 104. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar