Kamis, 27 November 2014

SERBA SERBI INSOMNIA


YENNY LESTARI, S. Farm                148115067
RIRIS IRIANY L. GAOL, S. Farm      148115053

I.       SEPUTAR INSOMNIA
Insomnia merupakan gangguan tidur yang sering terjadi (dapat dipicu oleh kelelahan dan stres), dimana terdapat 2 tipe insomnia, yaitu akut dan kronik. Perbedaan keduanya adalah pada lama berlangsungnya gejala, yaitu kurang atau lebih dari 1 bulan. Gangguan tidur yang dapat terjadi pada penderita insomnia, meliputi: sleep initiation (kesulitan untuk memulai tidur, yakni membutuhkan waktu >30 menit), sleep maintenance (suatu kondisi dimana terbangun di tengah malam, selama >30-45 menit), early termination (terbangun lebih cepat dari biasanya, tanpa bisa melanjutkan tidur kembali), serta kombinasi dari ketiganya.
Kebutuhan akan jam tidur yang dibutuhkan tubuh bervariasi dan dipengaruhi oleh umur. Infan yang baru lahir rata-rata membutuhkan 16 jam untuk tidur per harinya, anak-anak usia 5-9 tahun sekitar 10 jam, remaja sekitar 9 jam, dewasa muda memerlukan 8 jam, dan orang tua sekitar 7 jam per hari. Hal yang tidak jarang dijumpai, terdapat orang yang berada pada kategori usia yang sama, namun memiliki perbedaan akan kebutuhan jam tidur, misalnya ada yang membutuhkan 10 jam dan ada yang hanya memerlukan 5 jam untuk tidur per hari.
Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan psikis (cemas ataupun gangguan yang bersifat traumatik, seperti stres), kondisi medis (apnea pada waktu tidur, gangguan pernafasan dan kondisi jantung), akibat penggunaan obat (steroid, anti depresan, anti hipertensi, teofilin), lingkungan (perubahan jadwal tidur karena adanya masalah keluarga, pekerjaan, tugas sekolah, pesta, kondisi sekitar yang bising, tempat tidur dan bantal kurang nyaman, lampu, dan suhu ekstrim), hormone imbalance (kehamilan, PMS, menopause), aktifitas seperti makan makanan berlemak berlebihan dan/ atau minum alkohol, berolahraga sebelum tidur, membaca, mendengarkan musik, serta menonton televisi; serta karena adanya pengaruh stimulan (kopi, soda, teh, kafein).
Untuk merubah kualitas tidur, maka dapat dilakukan beberapa langkah berikut ini, antara lain dengan menetapkan kapan (jam berapa) harus tidur dan bangun, tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap harinya, dan tidak mengkonsumsi alkohol, kafein, nikotin, atau makanan dalam jumlah besar menjelang waktu tidur. Selain itu disarankan pula untuk tidak mengkonsumsi kafein setelah jam makan siang atau 6 jam menjelang tidur, tidak berolahraga 3-5 jam sebelum tidur, serta tidak meletakkan televisi atau komputer di kamar tidur, hal ini bertujuan agar tidak merasa terbeban oleh tugas dan/ atau pekerjaan.


II.       PENGOBATAN INSOMNIA
Terapi pengobatan insomnia diklasifikasikan menjadi empat yaitu :
     Miscellaneous agent
    a)      Antihistamin
Antihistamin adalah bahan utama dalam obat tidur dephenydramine citrate, diphenhydramine hydrochloride, dan docylamine succinate adalah tiga derivat yang telah mendapat persetujuan dari FDA. Dosis Obat yang diberikan 25-50 mg. Efek samping yang biasa timbul ialah pusing, lemah, dan mual.
   b)      Antidepresan
Contoh obat dari golongan ini adalah amitriptyline, doxepin, dan nortriptyline. Efek sampingnya dapat menyebakan perpanjangan konduksi jantung, terutama pada orang tua.
   c)      Trazodone dan ramelteon
Trazodone populer untuk pengobatan insomnia pada pasien rentan terhadap penyalahgunaan zat. Dosis obatnya 25-100 mg. Efek sampingnya yaitu menurunnya tekanan darah secara tiba-tiba. Ramelteon selektif untuk MT1 dan MT2 reseptor melatonin yang diduga mengatur ritme sirkadian. Dosis yang dianjurkan 8mg. Efek sampingnya yaitu sakit kepala, pusing, dan mengantuk

    Agonis Reseptor Benzodiazepine 


        Pengobatan yang paling umum digunakan untuk insomnia yaitu agonis reseptor benzodiazepine.   Semua agonis reseptor benzodiazepine efektif sebagai obat penenang-hipnotik.
Nama Generik
Durasi Obat
Dosis
Estazolam 
          12-15 jam
               1-2 mg
Eszopiclone
             6 jam
               2-3 mg
Flurazepam
             8 jam
             15-30 mg
Quazepam
            39 jam
           7,5 – 15 mg
Temazepam
         10 – 15 jam  
           15 – 30 jam
Triazolam
             2 jam
        0,125 – 0,25 mg
Zaleplon
             1 jam
             5 – 10 mg
Zolpidem
          2 – 2,6 jam
             5 – 10 mg
Efek sampingnya yaitu sedasi, mengantuk, pusing, nyeri kepala, mulut kering, dan rasa pahit di mulut.

       Non Benzodiazepine GABAA Agonists
            Adapun obat-obat yang termasuk dalam golongan non benzodiazepin bekerja dengan mengikat secara selektif pada reseptor GABA dan efektif memicu rasa kantuk. Contoh obat dari golongan ini antara lain: zolpidem (dapat menimbulkan rasa kantuk, pusing, sakit kepala, dan keluhan gastrointestinal), zaleplon (dengan eeefek samping pusing, sakit kepala, dan mengantuk) dan eszopiclone (dengan efek samping sakit kepala dan mulut kering).

 III.       TERAPI KOMPLEMENTER (TERAPI ALTERNATIF) INSOMNIA

      Cranial Electrotherapy Stimulation (CES)
        Cranial Electrotherapy Stimulation (CES) atau dikenal juga dengan sebutan Cranial Electro Stimulation merupakan salah satu jenis magnetic therapy / “electro medicine” yang bersifat non-invasif. CES dapat digunakan untuk mengobati kondisi fisik atau gangguan psikis dengan menggunakan suatu alat (device) berukuran sebesar handphone genggam, yang dapat mengirimkan getaran dengan aliran listrik lemah (<4mA, biasanya berkisar 100 microamperes- 5 milliamperes ) menuju otak melalui elektrode yang ditempatkan pada kedua lubang telinga. Frekuensi dari getaran elektrik yang digunakan biasanya berkisar antara 0.5 Hz to 100 Hz— tergantung dari treatment yang akan dilakukan. Penggunaan CES di Indonesia masih jarang ditemukan, hal ini dikarenakan harga CES device cukup mahal, yaitu sekitar 300-500$, dan dalam penggunaannya disarankan dibawah supervisi tenaga kesehatan professional. Treatment dengan CES perlu dilakukan hingga 10-20 kali sesi. Tingkat keberhasilan CES rata-rata mencapai 67%.

    Herbal
a.       Seledri
              Seledri mengandung senyawa phthalide yang berefek menenangkan sistem saraf pusat dan menstabilkan tekanan darah. Biji seledri mengandung vitamin A, C, dan B kompleks; karena biji seledri merupakan diuretik kuat, pastikan untuk menambah konsumsi makanan yang kaya akan kalium. Mengunyah seledri 15 menit sebelum tidur akan membantu tidur. Jus seledri juga dapat membantu tidur.
b.      Daun Selada
           Selada mengandung senyawa lectucarium yang berefek merangsang tidur, mengatasi insomnia kronik dan akut.Senyawa ini aman sebagai penggati opium karena tidak menimbulkan ketergantungan bahkan jika digunakan dalam dosis tinggi.Yang biasa digunakan adalah jus daun selada dan air rebusan biji selada.
c.       Buah Pala (Myristica fragrans houtt)
               Bagian yang digunakan untuk mengatasi insomnia adalah daging buah pala. Peringatan: biji pala tidak digunakan karena banyak mengandung senyawa miristisin yang menyebabkan pusing, mual dan kehilangan keseimbangan. Resep: mencampurkan 1 gelas susu segar yang sudah direbus sampai mendidih dengan 1 sendok teh madu, 1 sendok teh pala halus dan 1 sendok teh gula batu, kemudian diaduk dan disaring, lalu diminum selagi masih dalam kondisi hangat
d.      Kangkung
             Kangkung mengandung vitamin A, B1 dan C, protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, dan sitosterol.Vitamin B1 memiliki kemampuan membantu memelihara sistem saraf dan otot agar tetap sehat, serta menjaga fungsi jantung tetap normal. Penggunaan kangkung diramu bersama pala dan seledri.  Resep : masak 3 gelas air sampai mendidih, masukkan 2 genggam kangkung, seledri dan pala secukupnya lalu tunggu sampai air rebusan tersisa 1 gelas. Ketika hendak diminum, dapat ditambahkan 1 sendok teh madu. Ramuan diminum setelah makan malam atau sebelum tidur. Apabila ingin dikonsumsi berupa jus, takarannya tanamannya sama seperti diatas tetapi air yang digunakan hanya 1 ½ gelas. Agar terasa manis dapat ditambah 1 sendok madu atau susu. Ramuan diminum sesudah makan malam atau sesaat sebelum tidur.

     Pijatan
Pijatan membantu memudahkan tidur karena dapat melancarkan sirkulasi darah dan aliran oksigen, sehingga membantu menghilangkan racun pada tubuh; selain itu juga menstimulasi pelepasan endorphin; megurangi stres dan melawan depresi. Pijatan dapat dilakukan dengan mengusapkan kedua tangan pada seluruh bagian punggung untuk mengatasi ketegangan. Pijatan perlu diulangi sebanyak 20 kali.

     Hidroterapi
Air merupakan terapi alami untuk menyembuhkan dan/ atau merevitalisasi, menjaga, dan mengembalikan kesehatan; dapat digunakan sebagai salah satu terapi insomnia. Adapun beberapa terapi air yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia, antara lain: mandi menggunakan spons (dapat membantu menenangkan saraf dan menstimulasi system pencernaan, sehingga tubuh dapat menyerap nutrisi dengan lebih baik dan memudahkan tidur, mandi uap (merangsang kulit dan menyebabkan keluarnya keringat) dan sauna menggunakan panas kering (akan menyebabkan keringat mengering dan menimbulkan sensasi yang menyenangkan).

  Meditasi
Meditasi terbukti membuat tidur menjadi lebih nyenyak dan menciptakan suasana yang menyegarkan. Tujuan dari visualisai adalah untuk menciptakan tempat khayalan bagi pikiran sebagai tempat “berlibur mental”, yakni dengan membayangkan pemandangkan dan menambahkan detail-detail tertentu (buaian, musik, pohon palem) atau tempat yang sepenuhnya khayalan.
Keuntungan dari meditasi dan/ atau visualisasi kreatif antara lain, dapat mengurangi kegelisahan dan stres, membantu mengeksplorasi emosi terdalam dari kondisi fisik Anda, serta memperdalam alam spiritual sehingga muncul keselarasan dan kesatuan antara pikiran, tubuh, dan jiwa.

  Aromaterapi
Sebelum tidur, disarankan agar kamar dipenuhi dengan aroma yang harum dengan minyak yang disarankan untuk memudahkan tidur (aromaterapi). Aromaterapi dapat disemprotkan pada wajah dan sprei sebelum tidur. Yang perlu diperhatikan adalah minyak esensial hanya untuk penggunaan luar, dan jangan sampai tertelan. Untuk penyimpanan sebaiknya disimpan pada tempat yang aman dari jangkauan anak-anak.
Beberapa jenis aromaterapi  yang dapat digunakan, antara lain :
Ø  Chamomile : bersifat menenangkan, menghilangkan rasa gelisah, marah, takut. Menimbulkan rasa tenang, segar, dan membebaskan dari rasa cemas. Jangan digunakan untuk 4 bulan pertama selama kehamilan. Dalam dosis besar dapat menimbulkan efek hipnotis.
Ø  Kayu manis : memiliki khasiat pembangkit semangat dan membantu kegelisahan sebelum tidur, dan dapat mengurangi rasa sedih. Jangan digunakan saat sedang mengandung, menyusui; selalu gunakan dalam keadaan diencerkan.
Ø  Jasmine/ melati : anti depresif, zat perangsang, menghilangkan nyeri, sedative, menenangkan saraf. Jangan digunakan selama kehamilan.
Ø  Lavender : menyeimbangkan emosi dan membantu untuk beristirahat, menghilangkan rasa sakit, mengurangi rasa lelah, dan merilekskan system saraf. Jangan dipakai selama kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B.T., Akoso, G., 2009, Bebas Insomnia, Kanisius, Yogyakarta, pp.8, 15-17, 45-53.
Australian Sleep Association, 2014, Insomnia, http://www.sleep.org.au/documents/item/355, diakses pada1 September 2014
Budur K et al.2007. Advances InTreating Insomnia, 4th edition. Cleveland clinic journal of medicine, New York, pp. 251-266
Culpepper, L., Roth, T., Ancoli-Israel, S., Krystal, A., dan Zee, P., 2013, New Directions in the Management of Insomnia, Medical Economics, pp.4-5.
Dipiro, et. al., 2008, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 7th Edition, Mc Graw Hill, Washington D.C., pp.1191-1195.
Feusner, J., Madsen, S., Moody, T., Bohon, C., Hembacher, E., Bookheimer, S., et al., 2012, Effects of Cranial Electrotherapy Stimulation on Resting State Brain Activity, Brain Behav.,2(3): 211–220.
Goswamy, S., 2014, PEMF & Insomnia (Sleep Disorder), http://www.wellnessdevices.net/pemf--insomnia.html, diakses pada 5 September 2014
Mueller, H. H., 2012, Cranial Electrotherapy Stimulation (CES) http://www.edmontonneurotherapy.com/brain_stimulation_therapies.html, diakses pada 5 September 2014
Pigeon, W. R., 2010, Diagnosis, prevalence, pathways, consequences & treatment of insomnia, Indian J Med Res, 131, pp.321-322.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar