Rabu, 26 November 2014

P E N G O B A T A N M A N D I R I K O N S T I P A S I

L U S I A N A  R A N I  O K T A V I A N I ,  S . F A R M
P U S P I T A  S A R I ,  S . F A R M
S I T I  R U C H A N I Y A T I  F A J A R  U T A M I ,  S . F A RM


Meskipun terlihat sebagai gangguan pencernaan yang sepele, tetapi jika tidak ditangani dengan benar maka konstipasi dapat mengganggu aktivitas sehari hari kita. Konstipasi menyebabkan perut begah dan tidak nyaman. Terutama bagi kaum hawa akan merasa kurang percaya diri karena perutnya menjadi buncit. Karena itu, kita perlu mempelajari konstipasi dan cara pengatasannya.


Apa itu Konstipasi?
Konstipasi biasa dikenal sebagai sembelit, yaitu gangguan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan susahnya buang air besar (BAB) dan biasanya kurang dari tiga kali dalam seminggu. Pengobatan kosntipasi bisa dilakukan sendiri dengan memilih obat yang sesuai, dan bisa dengan bantuan apoteker. Apoteker siap membantu dalam memberikan beberapa pilihan obat dan menjelaskan cara penggunaannya, serta hal – hal lain yang berkaitan dengan obat tersebut.
penyebab konstipasi adalah kekurangan serat, kekurangan cairan, penyalahgunaan laksatif, dan menahan BAB.



Apa saja tanda dan gejala yang dirasakan apabila mengalami konstipasi..??
Biasanya tanda dan gejala konstipasi yang dirasakan akan berbeda antara seseorang dengan orang yang lain, hal ini dikarenakan  kebutuhan makanan serta menu makanan tiap orang berbeda-beda selain itu juga gaya hidup, hormon serta bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda. Namun tanda dan gejala yang umum terjadi pada sebagian besar penderita adalah :
  • Pada perut akan terasa begah dan penuh bahkan terasa kaku.
  • Timbul rasa mulas dan sakit pada bagian perut namun ketika akan buang air besar, feses tidak dapat keluar.
  • Feses biasanya akan menjadi lebih keras, panas, dan berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya.
  • Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
  • Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan feses yang panas dan keras sehingga menimbulkan rasa sakit pada perut yang dapat mengakibatkan terjadinya gejala penyakit wasir atau ambeien.
  • Frekuensi buang angin (kentut) menjadi meningkat disertai bau yang lebih busuk.
  • Terkadang penderita konstipasi akan mengalami mual bahkan muntah jika konstipasi sudah parah.
  • Penderita konstipasi akan merasakan sakit punggung bila feses yang tertumpuk cukup banyak.


Pengobatan mandiri konstipasi

Konstipasi dapat diatasi dengan pencahar. Tetapi penggunaan pencahar harus dihentikan jika sudah tidak konstipasi lagi karena penggunaan pencahar yang terus menerus dan terlalu banyak dapat mengakibatkan sembelit di kemudian hari. Penggunaan obat pencahar ini harus diperhatikan aturan pakainya, karena setiap obat harus disesuaikna dengan penggunanya, misalnya dosis untuk dewasa akan berbeda dengan dosis untuk anak – anak. Jika mengalami keraguan atau kebingungan dalam penggunaan pencahar alangkah baiknya jika bertanya kepada apoteker di apotek terdekat. Obat pencahar digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu pencahar bentuk bulk, pencahar stimulan, pencahar osmotik, pencahar garam dan pencahar lubrikan.

  • Pencahar bentuk bulk. Contoh pencahar bentuk bulk yaitu Psyllium (Plantago) yang terdapat dalam Vegeta dan Metamucil.  
  • Pencahar stimulan. Contoh pencahar stimulan adalah bisakodil yang terdapat dalam obat Dulcolax, Bicolax, dan Codilax, serta Natrium Dokusat yang terdapat dalam obat Laxatab.
  • Pencahar osmotik. Contoh pencahar osmotik yaitu laktulosa yang terdapat dalam Constipen Sirup, sorbitol yang terdapat dalam Microlax.
  • Pencahar garam. Contoh pencahar garam yaitu garam magnesium atau garam inggris. Ada dua macam garam magnesium untuk pengobatan konstipasi yaitu Magnesium hidroksida dan Magnesium sulfat. Cara pakainya, yaitu 2 gram magnesium hidroksida dilarutkan dalam 25 ml air putih atau 5-10 gram Magnesium sulfat dilarutkan dalam segelas air putih dan diminum sebelum makan pagi atau saat perut kosong.
  • Pencahar lubrikan.Contoh pencahar lubrikan adalah minyak mineral atau parafin. 

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pencahar
  • Hanya digunakan pada saat konstipasi, jika konstipasi sudah teratasi segera hentikan penggunaannya. Jangka waktu penggunaan paling lama yaitu satu minggu.
  • Penggunaan pencahar tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan diare sehingga tubuh kekurangan cairan dan elektrolit.
  • Tidak boleh disalahgunakan, misalnya digunakan terus menerus untuk menurunkan berat badan karena dapat mengganggu fungsi saluran cerna dan malah bisa menyebabkan ketergantungan (jika ingin BAB harus mengkonsumsi pencahar).
  • Pencahar tidak boleh digunakan pada penderita radang usus dan radang usus buntu.
  • Obat pencahar tidak dianjurkan diberikan pada anak di bawah usia 6 tahun kecualia tas petunjuk dokter.

Kapan harus ke dokter ?
Penderita Konstipasi perlu menghubungi dokter ketika  setelah diberikan laksatif namun sudah tidak mengatasi gejala lagi, adanya darah pada feses, penurunan berat badan, pada perut terasa nyeri, dan nyeri pada anus/rektum




Daftar Pustaka
AFHS, 2010, Constipation, www.nlm.nih.gov/medlineplus/constipation.html, diakeses tanggal 23 November 2014.
DiPiro, 2009, Pharmacotherapy Handbook, 7th edition, McGraw Hills Companies, New York, pp : 250-255.
Djunarko, I., Hendrawati,Y.D., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, PT Intan Sejati, Klaten, pp : 50-53.
Endyarni, 2004, Konstipasi Fungsional ,Sari Pediatri, Vol. 6 (2), pp :75-80.
Info POM, 2013, Seri Swamedikasi 4 Konstipasi, Badan POM RI, vol. 14 (4).
MayoClinic, 2011, Constipation, www.mayoclinic.com/health/constipation, diakses tanggal 23 November 2014.
Muller, 2009, The Pathophysiology, Diagnosis and Treatment of Constipation, Deutsches Artzblat International, vol 106 (25), pp : 424-432.
NDDIC, 2002, Constipation, US Departmen Health and Human Services.
UPT Layanan Kesehatan ITB, 2008, Konstipasi, http://yankes.itb.ac.id/?page_id=365 diakeses pada tanggal 18 November 2014
WebMD, 2012, The Basic of Constipation, http://www.webmd.com/digestive-disorders/digestive-diseases-constipation?page=2, diakes tanggal 23 November 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar